Follow Us @soratemplates

Selasa, 09 Agustus 2016

ANGKOT


Ini adalah salah satu hal yang cukup kuat terngiang di pikiran . Sejak kecil, naik angkot menuju sekolah sudah hampir setiap hari apalagi SD dan SMP jarak rumah-sekolah lebih dari 5kilometer dan melewati berada di kabupaten lain. Mulai jaman angkot bernama bison, sampai kemudian berevolusi menjadi Elf dan pindah ke kota Malang justru menjadi (entah namanya apa) semacam cherry. Naik kendaraan dengan Elf sangat asik apalagi dekat jendela dan kena angin. Perasaan yang agak jleb ketika pindah ke kota Malang. Biasanya naik angkot yang luas duduknya nyaman dan banyak angin, berubah jadi angkot ukuran mini yang berdesakan dan duduknya agak mendekati jongkok dan ongkosnya jauh dekat 4.000 bro. Padahal dulu saat di kabupaten Pasuruan jauh-dekat hitungannya beda dan selalu ada kernet yang menghitungnya. Salah satu hal ini membuatku sebel dengan angkot. Sementara saat itu belum bisa naik sepeda motor dan kota Malang punya beberapa tempat yang kelihatannya asik untuk dikunjungi. Nah logika ini kalau di ekonomikan tentu membuat orang (terutama yang suka travelling) pikir-pikir lagi mau ke tempat wisata bahkan untuk naik angkot. Lalu aku berusaha untuk berprasangka baik, barangkali pemerintah sengaja demikian supaya dengan biaya jarak dekat yang mahal mereka akan memilih jalan kaki. Tapi menurutku setelah dipikir lagi, hal itu juga ndak tepat. Kenapa? Sekarang kredit motor sangat-sangat dipermudah. Dan tentu orang akan lebih memilih yang nyaman, dan naik motor adalah pilihan yang lebih nyaman untuk penduduk kota Malang saat ini. Hal ini perlu dirinci lagi :

Pertama, nggak ada yang suka kena papar terik matahari yang panas + polusi. Kota Malang, kebanyakan sudut tepi jalannya itu a) tidak punya trotoar yang rata dan cukup lebar, sementara sisi tepi jalan raya itu kumpulan kerikil (mayoritas), dan tanah yang tidak rata. Kaki mana yang nyaman dibuat jalan jauh kalau tidak rata.. Tentu ini berarti demi kenyamanan kaki (yang tentu dirasakan saraf tubuh) seorang pejalan kaki akan agak menepi ke aspal jalan raya yang lebih rata (jika tidak ada trotoar) dan sebagian besar tepian tersebut tidak ternaungi sinar matahari. Otomatis terik matahari langsung menyentuh ubun-ubun, yang pelan-pelan hangat dan mudah membuat gerah. Situasi ini tentu tidak lebih nyaman dibandingkan dengan pengendara sepeda motor yang lebih cepat bergerak sehingga meskipun panas, angin segar masih mereka dapatkan. Maka orang yang berjalan kaki di kota Malang ini kebanyakan adanya hanya dengan beberapa kriteria: di pagi hari, tempat yang tidak terjangkau angkot dan tidak bisa naik motor /tidak ada kendaraan/tidak ada ongkos, dan orang tua yang sudah terbiasa terik matahari. Kesimpulannya yang terbiasa jalan kaki akhirnya hanya sejumlah kecil dari penduduk kota Malang. Tidak heran jika nantinya yang tidak menambah polusi kendaraan pribadi hanya segelintir orang. 

Kedua, naik motor lebih efisien dari pada naik angkot terutama masalah waktu. Ketika punya motor, kapanpun ingin berangkat pasti penghitungan waktu berangkat bisa langsung saat itu pula. Beda halnya ketika kita mengandalkan angkot. Angkot di kota Malang tidak terjadwal, kita harus menunggu dulu di jalur trayek yang sesuai dan menunggu itu untuk waktu yang tidak pasti berapa menit. Tentu ini membuatng waktu. Masih bisa dimaklumi jika hanya 5 menit, tapi jika jalur trayek yang sangat jarang angkutan seperti joyogrand, dan jalur JDM/GML misalnya, selamat menunggu sampai bosan dan perbanyak berdoa semoga Tuhan memberi taufik pada pak sopir untuk tidak nge-tem terlalu lama di tempat lain. Bisa-bisa waktu untuk menunggu angkot semacam JDM sampai setengah jam lebih. Belum jalannya dengan kecepatan 10km/jam karena pak sopir mencari penumpang (jalur itu memang jarang penumpang kecuali masuk/pulang sekolah) ini akan semakin membuat Anda mantap dan haqqul yaqin untuk bersumpah naik sepeda motor kalau bisa atau lebih baik naik ojek. (hehehe)

Ketiga, naik motor lebih nyaman fasilitasnya dibanding naik angkot. Nyaman yang saya maksud di sini meliputi kenyamanan duduk dan kenyamanan udara. Angkotan kota Malang yang berbentuk carry, bagi saya tidaklah nyaman duduknya bagi orang dewasa, sebab tinggi tempat duduk dan lebar angkot bisa dikatakan mini. Ketika masuk dalam angkot, harus merunduk, lalu ... [bersambung]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar